Jumat, 21 Januari 2011

Komunikasi Asertif

BERBICARA ASERTIF.
Apakah kalimat asertif itu? Kalimat asertif adalah cara
berkomunikasi yang tidak menyerang lawan bicara. Inti kalimat
terletak pada pengungkapan perasaan kita dengan terus terang, sopan,
dan apa adanya.Manusia punya cenderungan mempertahankan diri bila
diserang. Demikian pula bila ia merasa disalahkan, direndahkan, atau
tidak dihargai. Sebab itu penting sekali memperlihatkan sikap
positif dalam berkomunikasi, bagaimanapun sebalnya kita pada lawan
bicara kita. Ini tidak mudah, perlu berpikir sebelum berkata, dan
berlatih melakukannya.Sebuah pesan akan sampai dengan baik jika
disampaikan pada waktu, tempat dan cara yang tepat. Masalahnya, kita
kadang-kadang ingin langsung saja. Kalau caranya kurang pas, orang
yang kita ajak bicara jadi tidak senang. Akhirnya pesan kita tidak
sampai dengan baik. Bahkan bisa menimbulkan salah pengertian.


BEBERAPA CONTOH
Berikut ini beberapa contoh kalimat yang menyerang:
Percakapan Dimas (6 tahun) dan papanya, "Dimas, kamu ini
bagaimana? Makin besar makin malas bangun pagi! Lihat, sudah
2. Percakapan Kevin (8 tahun) dan mamanya, "Mengapa kamu tidak
beritahu Mama kalau sepatumu sudah robek? Bikin malu aja!"
3. Ibunya Ina (10 tahun) memarahi anaknya pada suatu pagi, "Nah,
kamu lupa bikin PR lagi, kan? Tadi malam mama sudah
4. Mirza (11 tahun) berbicara dengan saya, "Ma, tiap kali aku
ngajak ngomong, Mama nggak perhatikan aku dengan baik. Muka mama
5. Daud (10 tahun) dan abangnya Januar (14 tahun), "Mengapa sih
kamu begitu, Bang? Aku enggak suka kamu terus melecehkan

Sekarang mari perhatikan kali-mat asertif dari peristiwa di atas:
1. "Dimas, rasanya tiap pagi Papa merasa tegang. Papa takut kamu
ter-lambat. Bagaimana kalau nanti malam kamu tidur lebih
2. "Sepatumu robek? Maaf, Mama kurang memperhatikan kamu. Pulang
sekolah nanti kita ke toko, ya." (kalimat ini tidak
3. "PR kamu belum selesai? Ada yang perlu Mama bantu?" (tidak
perlu menyalahkan Ina, dia sudah tahu kesalahannya. Menyalahkan
4. "Aku boleh bicara dengan Mama ?" (ini adalah complain Mirza
terhadap saya beberapa hari lalu. Sebagai ibu, saya mengerti
5. Januar senang menggoda adiknya. Sedangkan Daud tidak
menganggap main-main. Daud tidak suka diganggu (catatan: anak usia

TIDAK MUDAH, ANAK BUTUH TELADAN


Melakukan komunikasi asertif tidak-lah mudah. Ini membutuhkan energi
ekstra karena kita dituntut berpikir sebelum berkata. Di samping itu
pertama-tama kitalah yang harus memberi contoh dalam berkomunikasi
asertif di rumah. Mari kita perhatikan cara berkomunikasi dengan
pasangan, suami atau istri. Juga dengan pem-bantu, dan anggota
keluarga lainnya di rumah. Tanpa contoh yang baik, sulit mengarahkan
anak bersikap asertif. Anak adalah peniru yang baik.Belakangan ini
saya SELALU berpikir dulu sebelum mengatakan sesuatu kepada anak-
anak, suami, dan orang lain di sekitar saya, "Apakah isi pesan
(kalimat) saya akan diterima dengan baik?"


Motivasi saya adalah apa gunanya berbicara jika hanya menim-bulkan
salah pengertian atau perteng-karan. Apalagi jika materi yang ingin
saya sampaikan sebenarnya sudah dimengerti oleh lawan bicara saya.
Atau lawan bicara saya tidak sedang dalam kondisi bisa diberi
nasehat. Saya teringat kalimat yang diucapkan Pak Charles Ingalls ke-
pada putrinya, Laura dalam serial Rumah Kecil, "Kalau kita tidak
bisa mengatakan hal-hal baik tentang seseorang, lebih baik jangan
berbicara." Saya juga dikuatkan oleh ayat hafalan di Sekolah Minggu
yang berbunyi, "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar,
semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang
manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan
patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu!"Mari membantu anak-anak kita
bertumbuh dengan emosi yang sehat.

JENIS / BENTUK KOMUNIKASI
Komunikasi mempunyai 3 bentuk :
1. Aggressive Communication
Komunikasi ini dapat mengurangi hak orang lain dan cenderung untuk
merendahkan / mengendalikan / menghukum orang lain. Komunikasi ini
menenggelamkan hak orang lain. Contoh komunikasi agresif : "Lakukan
saja!".
Ciri-cirinya adalah
- Ingin kemauan dan pendapatnya diikuti
- Memaksa orang untuk melakukan hal-hal yang tidak ingin
dilakukan
- Keras dan bermusuhan
- Menyerang secara fisik atau verbal
- Interupsi
- Intimidasi
- Ingin menang dengan segala cara
- Suka memakai kambing hitam
- SUka memakai figur "Big Boss"

Komunikasi agresif memiliki satu buah sub yaitu Komunikasi Aggresif
tidak Langsung yang berupaya untuk memaksa orang lain melakukan hal
yang kita kehendaki tetapi mereka tidak menghendakinya.
Istilah "pisau dibalik topeng senyuman" mungkin cocok dengan
komunikasi agresif tidak langsung karena cara-cara mereka umumnya
sopan, tenang, manipulative/menjebak, merendahkan orang lain, dan
sabotase.
Orang yang melakukan aggressive communication mungkin pada awalnya
merasa puas, menang/superior dan cenderung untuk mengulangi
tindakannya. Tetapi untuk jangka panjangnya mereka dapat merasa
bersalah (saat memikirkan tindakannya), malu, dan ditinggalkan
teman. Pada akhirnya akan terus menyalahkan orang lain atau system.
Balas dendam mungkin dapat dilakukan oleh orang lain yang sebelumnya
disudutkan.


2. Passive Communication (Submissive)
Komunikasi ini merupakan lawan dari komunikasi aggressive dimana
orang tersebut cenderung untuk mengalah dan tidak dapat
mempertahankan kepentingannya sendiri. Bahkan hak mereka cenderung
dilanggar namum dibiarkan. Mereka cenderung untuk menolak secara
pasif (dengan ngomel dibelakang misalnya).
Ciri-ciri komunikasi pasif ini adalah:
- Orang yang jarang mengungkapkan keinginan dan kebutuhan
atau perasaan
- Mengikuti tuntutan dan kemauan orang lain, ingin
menghindari konflik
- Tidak mampu mempertahankan hak dan pribadinya
- Selalu mengedepankan orang lain
- Minta maaf berlebihan
- Marah kecewa, frustasi dipendam
- Tidak tahu apa yang diinginkan
- Tidak bisa ambil keputusan
- Selalu mencari-cari alasan atas tindakan
Untuk jangka pendek, komunikasi ini bisa mengakibat rasa lega,
terhindar dari rasa bersalah, bangga, dan kasihan pada diri sendiri.
Namun untuk jangka panjang dapat kehilangan percaya diri dan hormat
pada diri sendiri.


3. Assertive Communication
Assertive Communication adalah komunikasi yang terbuka, menghargai
diri sendiri dan orang lain. Komunikasi assertive tidak menaruh
perhatian hanya pada hasil akhir tapi juga hubungan perasaan antar
manusia.
Ciri-ciri assertive communication adalah:
- Terbuka dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain
- Mendengarkan pendapat orang lain dan memahami
- Menyatakan pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan
orang lain
- Mencari solusi bersama dan keputusan
- Menghargai diri sendiri dan orang lain, mengatasi konflik
- Menyatakan perasaan pribadi, jujur tetapi hati-hati-
Mempertahankan hak diri.
- he differences between Assertive, Aggressive and Passive
body language.

Bahasa tubuh untuk tiga jenis komunikasi :

Assertive
Aggressive
Pasif

Posture
Tegak lurus
Condong ke depan
Agak mundur

Head
Santai dan tidak kaku
Mendongak ke atas
Menunduk

Eyes :
Langsung, tidak melototi, pandangan bagus, biasa/santai
Melototi seolah-olah akan mengamuk
Tidak berani menatap

Face :
Ekspresi sesuai kata-kata yang keluar
Tegas
Tersenyum selalu bahkan sewaktu kesal

Voice :
Sesuai dengan kontak
Keras
Ragu/lembut, cenderung berbicara setelah lawan selesai berbicara

Arms/hands :
Santai, bergerak bebas
Terkontrol, jari menunjuk menancap ke suatu objek, terkepal keras
Diam… tidak bisa bergerak

Movement/ walking :
Terukur, sesuai
Lambat dan keras atau cepat, bebas, Keras
Lambat dan ragu-ragu atau cepat tapi terkesan terburu-buru

Perilaku assertive memiliki manfaat:
- Meningkatkan self esteem dan percaya diri dalam
mengekspresikan diri sendiri
- Dapat bernegosiasi lebih produktif dengan orang lain
- Dapat merubah situasi kerja yang negatif menjadi positif
- Meningkatkan hubungan antar manusia pada pekerjaan dan
mengurangi kesalahpahaman
- Meningkatkan pengembangan diri dan kepuasan diri pada
pekerjaan/karir sesuai dengan kebutuhan, gaya dan kemampuan
- Mampu membuat keputusan dan lebih mempunyai peluang
mendapatkan apa yang dicari dalam hidup
- Hambatan yang didapat saat mencoba untuk assertive:
- Tindakan dan cara berpikir negatif yg membatasi peluang
Anda
- Conflict - Takut menghadapi konflik sehingga menghindari
tanggapan assertif dalam situasi yang menentukan
- Keterampilan komunikasi - Ketidakmampuan menanggapi
berbagai situasi mengakibatkan emosi, pikirkan dan kecemasan yang
negatif
- Race, tradition, education sewaktu kita masih anak-anak

Unsur-unsur dalam komunikasi assertive:
1. Terbuka dan jelas - upayakan kamu mengkomunikasikan secara
jelas dan spesifik. Misalnya: "saya kurang suka ini" , "Hm….saya
menyukai rencana itu, hanya saja mungkin ada beberapa bagian yang
bisa ditingkatkan (bahasa halus dari diperbaiki)", "saya punya
pendapat yang berbeda yaitu…."
2. Langsung – Berbicara langsung dengan orangnya, jangan
membawa masalah ke orang lain yang tidak berhubungan.
3. Jujur – agar orang percaya kepada kamu
4. Tepat dalam bersikap, pastikan memperhitungkan nilai social
dalam berbicara. Terang-terangan mengajak kencan seorang wanita pada
saat dia sedang di pesta pernikahannya tentu saja akan membawamu
dalam masalah.
5. Tanyakan umpan balik. "Apakah sudah jelas? Atau ada
pertanyaan?". Menanyakan umpan balik menjadi bukti bahwa kamu lebih
mengutarakan pendapat daripada perintah.

Ada 3 langkah untuk menjadi Assertive
1. Jadilah pendengar aktif, dan pastikan kamu menunjukan
kepada mereka kalau kamu mendengarkan dan paham (misalnya dengan
membuat kontak mata). Jangan memanfaatkan waktu mendengar untuk
mempersiapkan serangan balik.

2. Katakanlah apa yang sedang kamu pikirkan dan rasakan.
Jangan terlalu memaksa ataupun terlalu meminta maaf. Pada saat
berbicara perhatikan body language kamu, pastikan postur tubuh
sesuai (seperti berdiri tegak), membuat kontak mata, ekspresi wajah
yang sesuai, dan berbicara cukup keras untuk didengar. Nada suara
jangan monoton agar orang lain mudah mengikuti-mu dan tidak merasa
terganggu atau bosan.
3. Katakanlah apa yang kamu harapkan. Upayakan untuk berani
mengatakan ya dan tidak saat kita inginkan, berani membuat sebuah
permintaan, dan mengkomunikasi perasaan kita dengan cara terbuka dan
langsung. Kita harus belajar untuk mengadaptasikan sifat kita pada
beragam situasi kerja, menjaga jaringan pertemanan, dan membangun
hubungan yang dekat.

Saat membuat pernyataan (langkah 2 dan langkah 3), pastikan:
1. Menggunakan pernyataan saya (statement) dan bukan Anda atau
orang lain
2. Spesifik dan jangan umum
3. Mengekspresikan perasaan dan opini Anda (bertanggung jawab)
4. Tidak menilai orang lain saat tidak diperlukan (menilai
bukan untuk tujuan konstruktif)
5. Tidak memperluas / membesar-besarkan masalah

Asertif Tapi Tak Agresif

"Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang
diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan
tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain.
Dalam bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap
dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan
kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi,
memanfaatkan atau pun merugikan pihak lainnya." (menurut e-psikologi)

Menurut kamus, asertive = tegas

PERBEDAAN ASERTIF DAN AGRESIF

Terkadang orang keliru menyamakan asertif dengan agresif. Kita
sering melihat kedua hal ini sama saja. Kunci perbedaannya adalah
sebagai berikut.

· Orang yang bersikap asertif akan mengekspresikan dirinya
dengan menghormati orang lain. Ia juga menginginkan yang terbaik
bagi orang lain, menghormati dirinya sendiri, berpikir "menang-
menang" dan mencari cara untuk mendapatkan kesepakatan yang adil
tanpa merugikan siapa pun.

· Orang yang agresif cenderung menggunakan strategi yang
manipulatif, mencari keuntungan diri sendiri dengan taktik yang
mengecoh pihak lain, tak menghargai hak orang lain, kasar, kejam,
menghina, yang mengakibatkan mereka kehilangan martabat. Mereka
memiliki asumsi yang negatif terhadap motivasi orang lain, dan
selalu berpikir untuk membalas. Mereka tidak berpikir dengan sudut
pandang orang lain. Mereka menang dengan mengorbankan orang lain dan
menciptakan konflik yang tidak perlu.

· Orang yang pasif tidak tahu bagaimana mengomunikasikan
perasaannya dengan tepat kepada orang lain. Mereka cenderung takut
menghadapi konflik yang akan timbul bila mereka mengekspresikan
pikiran dan perasaannya secara terbuka. Mereka membiarkan kebutuhan
mereka tak terpenuhi, hak nya dilanggar, dan menutupi perasaannya
agar "kedamaian terpelihara". Mereka membiarkan orang lain menang
dan membiarkan dirinya kalah. Padahal kenyataannya semua pihak yang
terlibat sebenarnya kalah, setidaknya sampai pada taraf tertentu.


APA SIH ASERTIF ITU? (untuk ORANG TUANYA)
Berikut ini adalah beberapa contoh skenario sehari-hari dengan
berbagai gaya tanggapan:

Skenario A: Seseorang mendahului Anda dalam antrean di swalayan.
Pemberi respons yang agresif akan berpikir bahwa orang yang
menyerobot antrean sengaja melakukannya. Dan dengan marah ia akan
berkata, "Hei goblok, jangan menyerobot!" Seorang pemberi respons
yang pasif hanya membiarkan orang tersebut berdiri di depannya,
dengan hati kesal. Sedangkan seorang pemberi respons yang asertif
akan berpikir bahwa orang itu tidak melihat bahwa ia sudah
mengantre. Dan dengan sopan ia berkata, "Maaf, saya sudah mengantre
duluan."

Skenario B: Teman Anda yang senang bicara bertele-tele, menelepon
untuk curhat tentang pengalaman buruk yang sedang dialaminya.
Sayangnya, Anda sedang banyak tugas yang harus diselesaikan dalam
waktu dekat dan Anda tidak punya banyak waktu untuk berbicara.
Seorang pemberi respons negatif akan menjadi marah karena berpikir
temannya tidak menghargai waktunya. Mereka akan berkata kepada
temannya itu dengan kasar dan sarkastik, "Oh, apakah kamu tidak
dapat menyelesaikannya sendiri?! Saya juga punya banyak masalah!"
Seorang pemberi respons yang pasif akan membiarkan saja temannya
curhat selama yang ia inginkan. Mereka berpikir temannya
membutuhkannya. Dengan menanggung akibat tugas yang terabaikan dan
terlambat dari deadline. Seorang pemberi respons yang asertif akan
mendengarkan keluhan temannya dan memberikan waktunya sebentar saja
(3-5 menit). Dengan penuh kasih berkata, "Wah, kamu mengalami
persoalan yang berat juga ya! Tapi saat ini saya sedang ada tugas
untuk diselesaikan. Jadi saya tidak punya waktu untukmu sekarang.
Bagaimana kalau kita ngobrol lagi nanti malam?"

APAKAH MANFAATNYA?
Sikap asertif memengaruhi banyak segi kehidupan kita. Orang yang
asertif cenderung memiliki konflik yang lebih sedikit dengan orang
lain, artinya stres dalam hidup mereka berkurang. Mereka mendapatkan
apa yang mereka inginkan dan juga menolong orang lain untuk
mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dengan memiliki hubungan yang
saling mendukung, orang yang asertif memiliki orang-orang yang dapat
ia andalkan. Hal ini menjauhkan mereka dari stres sehingga tubuh dan
jiwa mereka juga menjadi lebih sehat.
Sebaliknya, sikap agresif cenderung mengasingkan orang lain dan
menumbuhkan stres yang sebenarnya tidak perlu jika dapat
dikendalikan dengan bersikap asertif. Seseorang dengan perilaku
agresif selalu merasa diserang dan menghindari interaksi dengan
orang yang ia anggap agresif.Seringkali, orang yang bersikap agresif
memiliki hubungan yang retak dan sedikit dukungan sosial. Mereka
tidak mengerti bahwa hal ini terjadi karena sikap mereka sendiri.
Sebaliknya, mereka sendiri juga merasa sebagai korban.
Orang yang pasif selalu menghindari konflik dengan cara menghindar
dari komunikasi untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan
kebutuhan mereka. Namun, sikap ini juga merusak suatu hubungan dalam
jangka panjang. Mereka selalu merasa menjadi korban, tapi terus
menerus menghindari konfrontasi. Hingga mencapai puncak kemarahan,
dan mereka akan melepaskan kemarahannya dengan agresif. Pihak lain
yang membuatnya marah tidak mengetahui masalahnya, sampai orang yang
pasif ini meledak dalam kemarahan. Peristiwa seperti ini memicu
hubungan yang buruk dan perasaan terluka.

MENGAPA HARUS ASERTIF?
Langkah pertama untuk menjadi orang yang asertif adalah jujur
melihat ke Langkah pertama untuk menjadi orang yang asertif adalah
jujur melihat ke dalam diri kita dan memerhatikan respons kita dalam
menghadapi masalah. Hal ini untuk melihat sampai di mana kita saat
ini, apakah kita cenderung agresif atau pasif. Untuk membantu
menyimpulkan kecenderungan Anda saat ini, jawablah pertanyaan di
bawah ini:

· Apakah Anda sulit menerima kritik yang membangun?
· Apakah Anda menjawab "ya" pada permintaan seseorang,
padahal dalam hati Anda ingin berkata "tidak"?
· Hal ini Anda lakukan agar tidak mengecewakan orang lain.
Apakah Anda mengalami kesulitan ketika berbeda pendapat dengan orang
lain?
· Ketika Anda berbicara dengan seseorang dan Anda tidak
sependapat dengannya, apakah orang itu merasa Anda sudutkan?
· Apakah Anda merasa diserang oleh orang yang berbeda
pendapat dengan Anda?

Jika Anda menjawab "ya" pada kebanyakan pertanyaan di atas, Anda
akan mendapatkan keuntungan dari bagian II: Mempelajari Komunikasi
Asertif.


TIPS:
1. Pastikan gerak dan sikap tubuh Anda percaya diri: berdiri
tegap, tataplah mata orang lain yang sedang Anda ajak bicara, dan
relaks.

2. Gunakanlah nada bicara yang tegas, namun tetap bersahabat.
3. Jangan berasumsi bahwa Anda mengetahui motivasi orang lain,
apalagi bila Anda berpikir negatif tentangnya.
4. Ketika sedang berdiskusi, jangan lupa untuk mendengarkan
dan mengajukan pertanyaan! Karena sangatlah penting untuk memahami
sudut pandang orang lain tentang permasalahan yang sedang dibahas.
5. Berpikirlah "menang-menang": perhatikan dan carilah cara
untuk mendapatkan perjanjian yang disetujui bersama. Tidak ada pihak
yang merasa dirugikan, sehingga masing-masing pihak puas karena
keinginannya terpenuhi.


Solusi Untuk Yang Asertif
Menurut situs CONECTIQUE pada bagian TrendTipsSolution diberikan
solusi antara lain :
1. Pilah dengan jelas wilayah yang menjadi hak Anda dengan
wilayah yang bukan hak Anda, tapi Anda menginginkannya. Orang
asertif bukan orang serakah yang mencaplok wilayah hak orang lain.
2. Beranilah membicarakan sesuatu yang tak beres yang
berkaitan dengan diri Anda, meski untuk sesuatu yang sepele. Katakan
selalu dengan nada datar dan bersahabat, bukan dengan nada emosi.
3. Tunjukkan citra diri yang positif. Orang yang memiliki
citra yang baik akan diterima dengan positif ketika ia menunjukan
sikap asertif.
4. Pintar-pintarlah membaca keadaan. Perilaku asertif dapat
dinilai agresif jika ditunjukan dalam kondisi yang salah. Pastikan
suasana yang ada tidak dilingkupi perasaan emosional.

2 komentar: